Masjid
merupakan tempat berkumpulnya umat Islam. Dalam sejarah, masjid tak
hanya sekedar tempat sholat, tetapi menjadi pusat segala kegiatan.
Sayangnya, belakangan ini terjadi reduksi peran masjid sekedar tempat
sholat.
Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) berupaya melakukan revitalisasi peran-peran strategis yang ditinggalkan ini, termasuk menjadikan pusat kegiatan NU di tingkat Ranting dan Anak Ranting berbasis masjid.
Bagaimana langkah yang dilakukan oleh LTMNU, berikut wawancara Mukafi Niam dari NU Online dengan Ketua PP LTMNU KH Abdul Manan dalam upayanya merevitalisasikan masjid di lingkungan NU.
Apa program LTMNU dalam lima tahun ke depan?
Program LTMNU itu kan revitalisasi masjid, yang menjadikan masjid tak hanya untuk sholat saja. Tetapi lebih pada keinginan jamaah seperti yang selalu tercermin dalam doanya. Doanya orang di masjid NU itu dari Sabang sampai Merauke Allahumma inni as’aluka salaamatan fiddini, wa afiyatal fi jasadi, wa ziyadatan fil ilmi wa barakatan firrizki, wa taubatal koblal maut, wa rahmatan indal maut wa maghfiratan bakdal maud.
Itu yang kemudian kita jabarkan dalam program LTMNU. Kita maknai allhumma inni as’aluka salaamatan fiddini, masjid sebagai tempat supaya selamat agamanya sampai akhir hayatnya, akidahnya aswaja, syariahnya, mazhahibul arbaah, akhlaknya atau tasawwufnya Junaidi al Bagdadi dan Al Ghozali.
Kedua, wa afiyatal fil jasad, masjid juga bisa jadi pusat kegiatan kesehatan. Ini program yang harus sinergi dengan lembaga lain. Kemudian wa ziyadal fil ilmi, sebagai majelis taklim, tempat pemberdayaan pemikiran, kiai mengajar di situ, memberi tausiyah, khususnya khutbah dengan materi yang lebih menyentuh kebutuhan masyarakat.
Disitu juga ada TPA, ada tempat pendidikan, ada madrasah diniyah atau sekolah umum juga bisa disampingnya. Wa barakatan firrizki, masjid sebagai tempat pemberdayaan ekonomi, warahmatan indal maut, ya tempat ngurusi janazah, kalau mati ya diurus masjid, ada pelatihan janazah dan lainnya.
Wa tabuatan koblal maut, ya tempat bertaubah, kembali kepada Allah, wa magfiratan indal maut, ya tempat untuk tahlilan.
Ini sebetulnya sudah diaplikasikan oleh para pendahulu kita, dulu arsitektur kota dan kampung kita sudah didesain seperti itu. Masjid ada di depan alun-alun, yang didalamnya lapangan olah raga, sampingnya ada sekolah, sampingnya lagi ada kantor kelurahan dan seberangnya ada pasar. Jadi sudah terlembaga.
Sekarang bagaimana mengaplikasikan keinginan warga jamaah kita. Program secara rinci sudah kita buat secara sistematis dari jangka pendek sampai jangka panjang yang mencerminkan cita-cita jamaah masjid itu.
Dari sekian banyak program mana yang menjadi fokus paling penting?
Kita bikin database pemberdayaan ummat. Dari situ kita buat revitalisasi masjid, kemudian pemberdayaan ummat. Masjid kan sebenarnya sudah jalan kemudian bagaimana kita membuat lebih baik, supaya ada keseragaman.
Seringkali ada isu tentang pengambialilhan masjid?
Kita sadarkan teman-teman NU betapa pentingnya masjid jangan sampai diambil orang karena kulturnya bisa berubah. Kita sadarkan bahwa teman-teman NU di bawah, jangan sampai masjid yang dibangun wakafnya dari orang NU kemudian berganti haluan.
Proses penyadarannya bagaimana?
Ini bisa dibangun melalui pelatihan, kaderisasi takmir masjid atau lewat pemberdayaan warganya. “Mereka” bisa mengambil masjid karena kreatif, kita bikin anak-anak IPNU kreatif, Ansor-nya kreaitf, Fatayat-nya kreatif, makanya yang dibangun kreatifitasnya melalui pelatihan dan melalui pembentukan kesadaran.
Bagaimana dengan pemberdayaan masjid melalui Kelompok Anak Ranting (KAR) NU berbasis masjid?
Bagus, tetapi rantingnya harus hidup dahulu, makanys dalam lima tahun ke depan, setiap desa ada satu mesjid yang menjadi garapan pusat kegiatan LTMNU, musholla kecil muaranya ke sana. Di setiap kecamatan ada masjid yang menjadi pusat kegiatan nahdliyyin, cabang juga demikian.
Kalau di masing-masing wilayah, kabupaten, kecamatan sampai desa ada satu masjid yang menjadi pusat kegiatan NU, itu kan bagus. Kalau di Jakarta malah setiap RT atau RW-nya ada masjid, Ngak perlu anak ranting punya kantor, ranting juga, cukup di masjid. Dan program ini sudah saya kirim ke seluruh Wilayah LTMNU, tinggal terjemahannya seperti apa.
Bagaimana upaya mewakafkan masjid atas nama NU?
Sebetulnya wakaf kan milik ummat, NU juga milik umat. Kalau di nadhirnya NU, ya harus begitu supaya masjid haluannya tidak berubah ke tempat lain. Wakif kenapa harus mewakafkan ke NU, karena yang lain beda fahamnya. Kelompok mereka percaya doanya ngak nyampai. Sementara wakif kalau mewakafkan di NU ia selalu didoakan oleh temannya. Mereka ingin selalu didoakan. Saya kasihan sama yang mewakafkan. Barangkali dalam forum kaderisasi, salah satu materi nya adalah “Kisah tentang Masjid Anda.”
Aset yang paling besar di masjid kan aksesnya, NU akan sangat kaya kalau masjidnya dimasukkan dalam aset. Ini kan tidak kira-kira besarnya?
Persoalan ekonomi menjadi persoalan yang cukup dominant di masyarakat, apa yang bisa dilakukan di masjid?
Sekali lagi bahwa fungsi masjid tak hanya untuk sholat tetapi juga untuk pemberdayaan. Bagaimana memakmurkan masjid kalau jamaahya tak makmur. Ujungnya memakmurkan jamaah, nah disini konsep ekonomi berjalan. Kita harapkan lembaga ekonomi NU bareng-bareng dengan lembaga pertanian bisa bergerak dengan sasaran kepada warga NU. Selain kita punya program sendiri, kita bersama dengan lembaga ekonomi dan lainnya. Semua lembaga di NU terkait dengan masjid, apakah Lembaga Bahtsul Masail NU, Lembaga Dakwah NU dan lainnya, tinggal tempatnya kita manage dalam melakukan revitalisasi masjid.
Bahkan lembaga penanggulanan bencana juga terkait dengan masjid. Mengungsi kalau tidak ke masjid yang tinggi ke mana lagi, makanya kader masjid juga harus dilatih penanggulangan bencana. Remaja masjidnya kita garap. Kalau perlu LTMNU juga bikin perpustakaan bersama dengan Lajnah Taklif Wan Nasyr NU (LTNNU). Dari pengalaman bikin posko mudik kemarin, banyak orang menanyakan sejarah NU, buku-buku tentang NU. Ini jadi fikiran kami.
Kesannya organisasi masjid ngak keren bagi anak muda?
Ya Dibikin keren, contohnya Pusat Peradaban Islam Cordova di New York, itu kan keren, ada websitenya segala. Kita bikin facebooknya atau lainnya. Secara agama, satu orang yang paling keren di dunia adalah remaja yang mendapat naungan, Jadi bisa dibikin kegiatan yang pas buat anak-anak muda supaya kerasan di masjid.
Di Jakarta sendiri hanya sangat sedikit yang memiliki multi peran katakanlah seperti masjid Sunda Kelapa?
Banyak, salah satunya di masjid saya di Pisangan biasa dipakai kegiatan pos yandu. Masjid salah satu kelebihanya punya speaker yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan masyarakat.
dikutip dari : NU Online
Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) berupaya melakukan revitalisasi peran-peran strategis yang ditinggalkan ini, termasuk menjadikan pusat kegiatan NU di tingkat Ranting dan Anak Ranting berbasis masjid.
Bagaimana langkah yang dilakukan oleh LTMNU, berikut wawancara Mukafi Niam dari NU Online dengan Ketua PP LTMNU KH Abdul Manan dalam upayanya merevitalisasikan masjid di lingkungan NU.
Apa program LTMNU dalam lima tahun ke depan?
Program LTMNU itu kan revitalisasi masjid, yang menjadikan masjid tak hanya untuk sholat saja. Tetapi lebih pada keinginan jamaah seperti yang selalu tercermin dalam doanya. Doanya orang di masjid NU itu dari Sabang sampai Merauke Allahumma inni as’aluka salaamatan fiddini, wa afiyatal fi jasadi, wa ziyadatan fil ilmi wa barakatan firrizki, wa taubatal koblal maut, wa rahmatan indal maut wa maghfiratan bakdal maud.
Itu yang kemudian kita jabarkan dalam program LTMNU. Kita maknai allhumma inni as’aluka salaamatan fiddini, masjid sebagai tempat supaya selamat agamanya sampai akhir hayatnya, akidahnya aswaja, syariahnya, mazhahibul arbaah, akhlaknya atau tasawwufnya Junaidi al Bagdadi dan Al Ghozali.
Kedua, wa afiyatal fil jasad, masjid juga bisa jadi pusat kegiatan kesehatan. Ini program yang harus sinergi dengan lembaga lain. Kemudian wa ziyadal fil ilmi, sebagai majelis taklim, tempat pemberdayaan pemikiran, kiai mengajar di situ, memberi tausiyah, khususnya khutbah dengan materi yang lebih menyentuh kebutuhan masyarakat.
Disitu juga ada TPA, ada tempat pendidikan, ada madrasah diniyah atau sekolah umum juga bisa disampingnya. Wa barakatan firrizki, masjid sebagai tempat pemberdayaan ekonomi, warahmatan indal maut, ya tempat ngurusi janazah, kalau mati ya diurus masjid, ada pelatihan janazah dan lainnya.
Wa tabuatan koblal maut, ya tempat bertaubah, kembali kepada Allah, wa magfiratan indal maut, ya tempat untuk tahlilan.
Ini sebetulnya sudah diaplikasikan oleh para pendahulu kita, dulu arsitektur kota dan kampung kita sudah didesain seperti itu. Masjid ada di depan alun-alun, yang didalamnya lapangan olah raga, sampingnya ada sekolah, sampingnya lagi ada kantor kelurahan dan seberangnya ada pasar. Jadi sudah terlembaga.
Sekarang bagaimana mengaplikasikan keinginan warga jamaah kita. Program secara rinci sudah kita buat secara sistematis dari jangka pendek sampai jangka panjang yang mencerminkan cita-cita jamaah masjid itu.
Dari sekian banyak program mana yang menjadi fokus paling penting?
Kita bikin database pemberdayaan ummat. Dari situ kita buat revitalisasi masjid, kemudian pemberdayaan ummat. Masjid kan sebenarnya sudah jalan kemudian bagaimana kita membuat lebih baik, supaya ada keseragaman.
Seringkali ada isu tentang pengambialilhan masjid?
Kita sadarkan teman-teman NU betapa pentingnya masjid jangan sampai diambil orang karena kulturnya bisa berubah. Kita sadarkan bahwa teman-teman NU di bawah, jangan sampai masjid yang dibangun wakafnya dari orang NU kemudian berganti haluan.
Proses penyadarannya bagaimana?
Ini bisa dibangun melalui pelatihan, kaderisasi takmir masjid atau lewat pemberdayaan warganya. “Mereka” bisa mengambil masjid karena kreatif, kita bikin anak-anak IPNU kreatif, Ansor-nya kreaitf, Fatayat-nya kreatif, makanya yang dibangun kreatifitasnya melalui pelatihan dan melalui pembentukan kesadaran.
Bagaimana dengan pemberdayaan masjid melalui Kelompok Anak Ranting (KAR) NU berbasis masjid?
Bagus, tetapi rantingnya harus hidup dahulu, makanys dalam lima tahun ke depan, setiap desa ada satu mesjid yang menjadi garapan pusat kegiatan LTMNU, musholla kecil muaranya ke sana. Di setiap kecamatan ada masjid yang menjadi pusat kegiatan nahdliyyin, cabang juga demikian.
Kalau di masing-masing wilayah, kabupaten, kecamatan sampai desa ada satu masjid yang menjadi pusat kegiatan NU, itu kan bagus. Kalau di Jakarta malah setiap RT atau RW-nya ada masjid, Ngak perlu anak ranting punya kantor, ranting juga, cukup di masjid. Dan program ini sudah saya kirim ke seluruh Wilayah LTMNU, tinggal terjemahannya seperti apa.
Bagaimana upaya mewakafkan masjid atas nama NU?
Sebetulnya wakaf kan milik ummat, NU juga milik umat. Kalau di nadhirnya NU, ya harus begitu supaya masjid haluannya tidak berubah ke tempat lain. Wakif kenapa harus mewakafkan ke NU, karena yang lain beda fahamnya. Kelompok mereka percaya doanya ngak nyampai. Sementara wakif kalau mewakafkan di NU ia selalu didoakan oleh temannya. Mereka ingin selalu didoakan. Saya kasihan sama yang mewakafkan. Barangkali dalam forum kaderisasi, salah satu materi nya adalah “Kisah tentang Masjid Anda.”
Aset yang paling besar di masjid kan aksesnya, NU akan sangat kaya kalau masjidnya dimasukkan dalam aset. Ini kan tidak kira-kira besarnya?
Persoalan ekonomi menjadi persoalan yang cukup dominant di masyarakat, apa yang bisa dilakukan di masjid?
Sekali lagi bahwa fungsi masjid tak hanya untuk sholat tetapi juga untuk pemberdayaan. Bagaimana memakmurkan masjid kalau jamaahya tak makmur. Ujungnya memakmurkan jamaah, nah disini konsep ekonomi berjalan. Kita harapkan lembaga ekonomi NU bareng-bareng dengan lembaga pertanian bisa bergerak dengan sasaran kepada warga NU. Selain kita punya program sendiri, kita bersama dengan lembaga ekonomi dan lainnya. Semua lembaga di NU terkait dengan masjid, apakah Lembaga Bahtsul Masail NU, Lembaga Dakwah NU dan lainnya, tinggal tempatnya kita manage dalam melakukan revitalisasi masjid.
Bahkan lembaga penanggulanan bencana juga terkait dengan masjid. Mengungsi kalau tidak ke masjid yang tinggi ke mana lagi, makanya kader masjid juga harus dilatih penanggulangan bencana. Remaja masjidnya kita garap. Kalau perlu LTMNU juga bikin perpustakaan bersama dengan Lajnah Taklif Wan Nasyr NU (LTNNU). Dari pengalaman bikin posko mudik kemarin, banyak orang menanyakan sejarah NU, buku-buku tentang NU. Ini jadi fikiran kami.
Kesannya organisasi masjid ngak keren bagi anak muda?
Ya Dibikin keren, contohnya Pusat Peradaban Islam Cordova di New York, itu kan keren, ada websitenya segala. Kita bikin facebooknya atau lainnya. Secara agama, satu orang yang paling keren di dunia adalah remaja yang mendapat naungan, Jadi bisa dibikin kegiatan yang pas buat anak-anak muda supaya kerasan di masjid.
Di Jakarta sendiri hanya sangat sedikit yang memiliki multi peran katakanlah seperti masjid Sunda Kelapa?
Banyak, salah satunya di masjid saya di Pisangan biasa dipakai kegiatan pos yandu. Masjid salah satu kelebihanya punya speaker yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan masyarakat.
dikutip dari : NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar