Perdagangan bebas antar negara Asean yakni Masyarakat Ekonomi Asean atau
MEA sudah di depan mata. Yang harus disiapkan adalah sumber daya
manusia yang terampil, cerdas dan kompetitif. Dan para santri harus
percaya diri menghadapi tantangan ini.
Hal ini antara lain yang
mengemuka dari Dialog dan Sosialisasi Pancasila, UUD 1945, Bhinneka
Tunggal Ika dan NKRI Menjawab Tantangan di Era Masyarakat Ekonomi Asean
di kampus Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Peterongan
Jombang Jawa Timur, Kamis (20/8).
Kegiatan ini menghadirkan H Mahyudin (Wakil Ketua MPR RI), M Ali Taher (MPR RI) serta M Shoim Haris (Ketua DKN Forsis).
Dalam
paparannya, H Mahyudin menyampaikan bahwa MEA adalah sebuah kenyataan
yang tidak dapat dihindari. "MEA jangan dianggap momok, tapi kita harus
siap bersaing dengan anggota negara Asean," katanya. Baginya, dengan
MEA, maka persaingan di segala sektor akan terbuka.
Baginya,
selama ini Indonesia hanya sebagai negara pasar. "Sedangkan karya bangsa
Indonesia belum bisa mewarnai produk di tanah air, apalagi hingga di
luar negeri," ungkapnya.
Mahyudin membayangkan, justru dari
Indonesia akan lahir karya kelas dunia. Bisa dengan industri kreatif
seperti game, otomotif dan sejenisnya.
M Shoim Haris justru
mengingatkan bahwa sejak awal, sumbangsih umat Islam termasuk para
santri demikian besar dan dominan. "Kita, khususnya para santri memiliki
saham terbesar bagi bangsa ini," katanya. Karenanya, sudah selayaknya
kaum santri memberikan sumbangsih bagi kelangsungan Indonesia,
lanjutnya.
Dalam pandangannya, peran santri telah terukir dalam
sejarah. Dari mulai awal perlawanan kepada penjajah, hingga kemerdekaan
dan Orde Baru. "Namun saat sampai di periode ini, peran itu kemudian
dihilangkan karena tidak cukup sumber daya manusia dari kalangan santri
yang terampil di birokrasi," jelasnya. Karena itu, yang mendesak untuk
segera diisi adalah santri yang memiliki daya saing tinggi dan mempunyai
keahlian dalam sains dan teknologi.
M Ali Taher juga
mengingatkan bahwa saat MEA diberlakukan, negara harus bisa menjamin
sumber daya alam jangan sampai dieksploitasi dan dikuasai pihak asing.
"Demikian juga tenaga kerja asing harus masuk secara selektif,"
pesannya.
Para narasumber berharap, justru dari pesantren dan
kampus seperti Unipdu bisa memberikan sumber daya manusia yang bisa
bersaing saat MEA nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar