Contact Person

LTM-NU Kecamatan Sawahan Kota Surabaya - Hand Phone : 081 251 223 223 atau 087 85 85 45 888 atau 081 55 66 88 128

Selasa, 18 Agustus 2015

Tekun Beribadah; Solusi Penghilang Stres dan Depresi

“…Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An Nisaa: 29)

Roda kehidupan yang terus berjalan, tidak selamanya berjalan mulus. Seperti halnya setiap bagian dari roda itu yang kadang di atas dan sesaat kemudian berada di bawah, perjalanan hidup seseorang pastilah melewati berbagai aral yang melintang.


Dan saat ini, tidak sedikit yang terjebak dalam pusaran rintangan perjalanan hidup, bahkan kemudian mereka harus menyudahi perjalanan kehidupannya. Seperti kasus bunuh diri yang marak akhir-akhir ini. Dengan berbagai motif dan latar belakang, kejadian bunuh diri kian tak asing lagi ditelinga kita. Ada yang gara-gara malu belum membayar Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan (SPP), seorang pelajar mengakhiri hidupnya. Ada juga akibat retaknya hubungan asmara, sepasang anak manusia bareng-bareng bunuh diri. Serta banyak pula yang memutus nadi kehidupannya akibat himpitan ekonomi.

Dalam perspektif ilmu sosiologi, motif bunuh diri bisa sangat beragam. Di antaranya karena faktor urusan pribadi dan faktor karena untuk memperjuangkan orang lain. Bunuh diri akibat urusan pribadi bisa bermuara dari kejiwaan, himpitan ekonomi, dan pola pikir yang sempit. Sedangkan untuk alasan memperjuangkan orang lain, bisa kita pahami lebih jauh dari para pelaku bom bunuh diri atau yang biasa kita kenal dengan teroris. Mereka beranggapan, dengan meledakkan diri, selain memberikan manfaat bagi dirinya juga berbekas pada golongan atau kelompoknya.

Pada hakikatnya, banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang memilih bunuh diri sebagai solusi klimaks. Namun, faktor yang paling dominan adalah bermuara dari depresi berat yang menaungi sang pelaku. Sementara penyebab depresi umumnya karena jauh dari nilai-nilai agama.

Manusia yang kesehariannya jauh dari nilai-nilai agama, jiwanya akan terus menerus didera perasaan tidak nyaman, khawatir, stres, dan lain-lain. Beragam penyakit kejiwaan akan mendera mereka sebagai konsekuensi menjauhi Sang Pencipta alam, Allah Swt. Penyakit-penyakit kejiwaan itu berlahan juga akan meruntuhkan kekokohan fisik mereka, tubuhnya cepat mengalami kerusakan, fisiknya melemah, serta penuaan dini.

Sebaliknya, seseorang yang beriman kepada Allah Swt dan melandasi kesehariannya dengan nilai-nilai agama, jiwanya akan tentram, tenang dan damai. Mereka tidak mudah terkena stres, berkecil hati, dan jasmani mereka senantiasa prima dan sehat. Pengaruh baik akibat ketundukan kepada Allah, tawakal (berserah diri), kemampuan untuk melihat kebaikan dalam segala hal, ridla dengan apa yang telah terjadi sembari berharap akan janji-janji-Nya, tercermin dalam penampilan raga mereka. Hal ini tentu saja dialami oleh mereka yang senantiasa menjalani hidupnya sesuai dengan ajaran al Quran, dan yang benar-benar memahami agama. Walaupun mereka dapat menderita sakit dan pada akhirnya mengalami penuaan, namun proses alamiah ini tidak disertai dengan kerusakan pada sisi kejiwaan sebagaimana yang dialami oleh selainnya.

Stres dan depresi yang banyak dialami masyarakat dewasa ini, tidak hanya berbahaya secara kejiwaan, tetapi juga bisa mewujud dalam berbagai macam kerusakan pada tubuh. Gangguan umum yang terkait dengan stres dan depresi adalah beberapa bentuk penyakit kejiwaan, ketergantungan seseorang pada obat-obat terlarang, susah tidur, gangguan pada kulit, perut dan tekanan darah, pilek, sakit kepala, sejumlah penyakit tulang, ketidakseimbangan ginjal, kesulitan bernafas, alergi, serangan jantung, dan pembengkakan otak. Tentu saja, stres dan depresi bukanlah satu-satunya penyebab semua ini, namun secara medis memang telah dibuktikan bahwa penyebab gangguan-gangguan kesehatan semacam itu biasanya bersifat kejiwaan.

Stres dan depresi, yang menimpa begitu banyak orang, adalah suatu keadaan batin yang diliputi kekhawatiran yang diakibatkan oleh perasaan seperti takut, tidak aman, ledakan perasaan yang berlebihan, cemas dan berbagai tekanan lainnya, yang bisa merusak keseimbangan tubuh. Ketika seseorang menderita stres dan depresi, tubuhnya mulai bereaksi dan membangkitkan tanda bahaya, sehingga memicu terjadinya beragam reaksi biokimia di dalam tubuh; kadar adrenalin dalam aliran darah meningkat, penggunaan energi dan reaksi tubuh mencapai titik tertinggi; gula, kolesterol dan asam-asam lemak tersalurkan ke dalam aliran darah, tekanan darah meningkat dan denyutnya mengalami percepatan. Ketika glukosa tersalurkan ke otak, kadar kolesterol naik, dan semua ini memunculkan masalah bagi kesehatan tubuh.

Stres dan depresi yang mulai parah dapat mengubah fungsi-fungsi normal pada tubuh penderita. Tentu hal ini dapat berakibat buruk bagi kondisi kejiwaan penderita. Akibat stres, kadar adrenalin dan kortisol di dalam tubuh meningkat di atas batas normal. Peningkatan kadar kortisol dalam rentan waktu lama akan berujung pada kemunculan dini gangguan-gangguan diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker,luka pada permukaan dalam dinding saluran pencernaan, penyakit pernafasan, eksim dan psoriasis (sejenis penyakit kulit yang ditandai oleh pembentukan bintik-bintik atau daerah berwarna kemerahan pada kulit, yang tertutupi oleh lapisan tanduk berwarna perak). Kadar kortisol yang tinggi dapat berdampak pada terbunuhnya sel-sel otak. Sejumlah gangguan akibat stres digambarkan dalam sebuah sumber sebagaimana berikut:

Terdapat kaitan yang sangat penting antara stres dan tegang (penegangan), serta rasa sakit yang ditimbulkannya. Penegangan yang diakibatkan stres berdampak pada penyempitan pembuluh darah nadi, gangguan pada aliran darah ke daerah-daerah tertentu di kepala dan penurunan jumlah darah yang mengalir ke daerah tersebut. Jika suatu jaringan mengalami kekurangan darah, hal ini akan langsung berakibat pada rasa sakit. Sebab, suatu jaringan yang mengalami penegangan akan membutuhkan darah dalam skala besar, maka apabila pasokan darah yang masuk dalam jumlah kecil, bisa dipastikan ujung-ujung saraf penderita akan terasa sakit. Pada saat yang sama, zat-zat seperti adrenalin dan norepinefrin, yang memengaruhi saraf selama stres berlangsung, juga dikeluarkan. Hal ini otomatis akan meningkatkan dan mempercepat penegangan otot. Demikianlah, rasa sakit berakibat pada penegangan, penegangan pada kecemasan, dan kecemasan akan memperparah rasa sakit.

Dampak terparah akibat rasa stres adalah serangan jantung. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang agresif, khawatir, cemas, tidak sabar, dengki, suka memusuhi dan mudah tersinggung, peluang mengalami serangan jantung lebih besar daripada orang yang tidak memiliki kecenderungan sifat-sifat tersebut. Alasan yang dikemukakan, rangsangan berlebihan pada sistem saraf simpatetik (sistem saraf yang mengatur percepatan denyut jantung, perluasan bronkia, penghambatan otot-otot halus sistem pencernaan makanan, dsb.), yang dimulai oleh hipotalamus, juga mengakibatkan pengeluaran insulin yang berlebihan, sehingga menyebabkan penimbunan kadar insulin dalam darah. Kadar insulin dalam darah yang berlebihan tentu sangat berbahaya, karena bisa berujung pada penyakit jantung koroner.

Para ilmuwan telah mengetahui bahwa semakin parah tingkat stres, maka akan semakin lemahlah peran positif sel-sel darah merah di dalam darah. Menurut sebuah penelitian yang dikembangkan oleh Linda Naylor, pimpinan perusahaan alih teknologi Universitas Oxford, pengaruh negatif berbagai tingkatan stres pada sistem kekebalan tubuh kini dapat diukur.

Terdapat kaitan erat antara stres dan sistem kekebalan tubuh. Stres kejiwaan memiliki dampak penting pada sistem kekebalan dan berujung pada kerusakannya. Saat dilanda stres, otak meningkatkan produksi hormon kortisol dalam tubuh, yang melemahkan sistem kekebalan. Atau dengan kata lain, terdapat hubungan langsung antara otak, sistem kekebalan tubuh, dan hormon.

Pengkajian terhadap stres kejiwaan atau stres raga telah mengungkap bahwa selama stres berat berlangsung terjadi penurunan pada daya kekebalan yang berkaitan dengan keseimbangan hormonal. Diketahui bahwa kemunculan dan kemampuan bertahan dari banyak penyakit, termasuk kanker, terkait erat dengan stres. Singkatnya, stres merusak keseimbangan alamiah dalam diri manusia. Mengalami keadaan yang tidak normal ini secara terus-menerus akan merusak kesehatan tubuh, dan berdampak pada beragam gangguan fungsi tubuh.

Kenyataan bahwa mereka yang tidak mengikuti nilai-nilai ajaran agama mengalami “stres” dinyatakan oleh Allah dalam al Qur’an: “… Hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja…” (QS. At Taubah, 9:118).

Kehidupan yang “gelap dan sempit” (stres), adalah akibat keengganan orang-orang yang tak beriman untuk menaati nilai-nilai akhlak yang diajarkan agama. Kini, para dokter menyatakan bahwa jiwa yang tenang, damai dan penuh percaya diri sangatlah penting dalam melindungi pengaruh stres. Kepribadian yang tenang dan damai hanya dimungkinkan dengan menjalani hidup sesuai ajaran al Quran. Sungguh, telah dinyatakan dalam banyak ayat dalam al Quran bahwa Allah akan memberikan “ketenangan” dalam diri orang-orang beriman (lihat al Quran, 2:248, 9:26, 40, 48:4, 18). Janji Allah terhadap orang-orang beriman telah dinyatakan sebagaimana berikut:
”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl, :97).

Banyak sekali naskah-naskah al Quran maupun hadits yang menjelaskan tentang manfaat-manfaat ritual agama Islam dalam membentuk jiwa maupun jasmani yang sehat. Rasul sendiri pada suatu kesempatan juga menganjurkan pada umat Islam untuk menjalankan ritual puasa yang menjadi ciri khas dari ajaran agama Islam. Seperti sabda Beliau, “Berpuasalah kamu semua, niscaya kamu akan sehat”. Benar sekali apa yang selama ini Beliau sabdakan, karena berdasarkan riset ilmuan Barat, disimpulkan bahwa hikmah dari seseorang melakukan puasa di antaranya bisa membunuh kuman-kuman yang ada pada tubuh kita. Dengan berpuasa, kekebalan tubuh seseorang tidak mudah melemah dan tidak mudah diterjang oleh berbagai macam penyakit.

Demikianlah, agama Islam menawarkan obat penawar bagi penyakit yang menimpa jiwa dan jasmani manusia dalam setiap perbuatan ibadah, baik yang sunah maupun yang wajib. Contoh di atas hanyalah sekilas manfaat yang akan diperoleh bagi orang-orang yang gemar melakukan ibadah. Masih banyak ibadah-ibadah yang di dalamnya terkandung manfaat besar bagi kesehatan jasmani maupun rohani manusia.

Jika melakukan ibadah ternyata memberikan manfaat besar bagi jasmani dan ruhani kita, betapa ruginya jika kita tidak lebih aktif lagi melakukan ibadah kepada Allah Swt dan menjauhi segala hal yang dibenciNya. Toh, manfaatnya juga kembali kepada diri kita sendiri. Wallahu ‘Alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar